Tiga bulan. Itu waktu yang tak lama, tapi cukup bagi Aruna untuk mengenal Alvino. Lelaki yang datang dengan tutur lembut, cara bicara yang menenangkan, dan perhatian kecil yang membuat dunia Aruna terasa lebih ringan. Mereka bukan pasangan sempurna, tapi saling melengkapi dalam caranya masing-masing. Segalanya berjalan baik—sampai nama itu muncul: Sinta . Gadis berkerudung lembut, tutur katanya halus, pandangannya selalu ditundukkan. Dari luar, tak ada yang bisa menebak bahwa kehadirannya perlahan menggeser posisi Aruna dalam hidup Alvino. Tak ada perpisahan yang benar-benar indah. Aruna tahu itu. Tapi rasanya tetap menyesakkan saat ia perlahan disingkirkan, bukan karena kesalahan, melainkan karena seseorang yang datang dengan citra “lebih baik.” Alvino memilih pergi, dan Sinta menggantikan tempatnya—bersamanya, dan bahkan di hati keluarga Alvino. Satu tahun lebih berlalu. Sinta dan Alvino tampak bahagia, setidaknya dari luar. Aruna belajar untuk diam. Ia menyibukkan diri, mengha...
Selamat datang, selamat membaca. Mohon maaf berantakan.